VISI ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
DIALEKTIKA ISLAM DAN PERADABAN
Keywords:
Keadilan, theomorfic being, pluralitas, Islam rahmatan lil 'alamin, Justice, themorfic being, pluralityAbstract
Misi utama ajaran Islam adalah membebaskan manusia dari berbagai bentuk anarki dan ketidakadilan. Karena Allah Maha Adil, maka tidak mungkin di dalam kitab suci-Nya mengandung konsep-konsep yang tidak mencerminkan keadilan Jika ada nilai atau norma yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak asasi secara universal, maka nilai dan norma tersebut perlu direaktualisasi penafsirannya. Dalam perspektif Islam, kemanusiaan hakiki adalah kembali kepada fitrah manusia itu sendiri; sebagai manusia yang cenderung kepada nilai-nilai keagamaan yang substansial, dan nilai-nilai moral- spiritual yang bersifat perennial. Manusia adalah theomorfic being yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk bercermin pada sifat-sifat Allah Yang Maha Pengasih, Maha Pengatur, dan Maha Adil untuk diaktualisasikan dalam realitas kehidupan nyata, sehingga wajah dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih sayang, keteraturan, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Al-Qur‘an menegaskan bahwa kedatangan nabi Muhammad dengan misi risalah Islam adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Rahmat berarti pembebasan manusia dari segala macam yang tidak sesuai dengan karakter dan tabiat manusia dan alam itu sendiri. Pada tataran nilai, Islam sejak awal mengajarkan kebaikan dan moralitas luhur, dan pada saat yang sama melarang segala perilaku jahat. Dalam Islam disebutkan, bahwa kehadirannya adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Cita-cita moral ideal Islam adalah membangun dunia, dimana orang Islam maupun non-Islam hidup bersama menikmati keadilan, kedamaian, kasih sayang dan keharmonisan. Inilah tantangan dan persoalan dalam kehidupan modern sekarang ini. Adalah tugas semua elemen masyarakat, terutama para pemimpin agama dan para intelektual untuk menangkap pesan-pean moral agama yang dapat membawa kepada kehidupan yang harmonis di tengah pluralitas.
The primary mission of Islam is to free people from the various form of anarchy and injustice. Because God is just, it is not possible if His holy book contains concepts that do not reflect fairness if no value or norms necessary direaktualisasi interpretation. In the islamic perspective, is an essenstial humanity back to human nature it self; as humans tren to religious values subtantially, and the moral values that are perennial spiritual. Man in theomorfic being served as caliph inthe eart. Therfore, humans are requeired to reflect on the nature of God the Merciful, the Suprema Controller, and the Most Just to be actualized in real lief reality, so that the face of this world into a world of loe, order, justice, peace and prosperty. The qur‟an insist that the arrival of the Prohet Muhammad with the mission of the massage of Islam is a mercy to the worlds. Grace means of human liberationfrom all that is inconsistent with the character and nature of man and nature it self. At the level of values, early Islam teaches kindness and nable moratility, and at the same time prohibiting any malicious behaviour. In Islam is mentioned, that is presence is a mercy to the worlds. Moral ideals of the Islamic ideals is to build a word where Muslims and non-Muslims to live together to enjoe justice, peace, love and harmony. These challenges and issue exist in modern life today. It is the task of all elements of society, especially religious leaders and intellectuals to the massage-pean religious morals that can lead to a harmonious lief in the midst of plurality.
Downloads
References
Al-Faruqi, Ismail R.& Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, Bandung: Mizan, 1998.
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Jakarta: Prima Duta, 1983. Husaini, Adian, ―Kritik terhadap Pendapat Prof. Dr. Din Syamsuddin‖, Depok,
26 Desember 2007/www.hidayatullah.com. dan hal ini dapat dilihat dari (Lihat, Karen Arsmtrong, A History of Jerusalem: One City, Three Faiths, London: Harper Collins Publishers, 1997.
Imarah, Muhammad, Al-Islam wa Ta‟addudiyah: Al-Ikhtilaf wat-Tanawwu fi itharil- Wihdah, edisiterjemahannya: Islam dan Pluralitas: Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan, penerjemah Abdul Hayyie Al- Kattanie, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Izutsu, Toshihiko,God and Man in The Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung, Tokyo:KICLS, 1964.
Kymlicka, Will, Kewargaan Multikultural, Jakarta: LP3ES, 2003.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1995. Madjid, Nurcholish,Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1989. Madjid, Nurcholish, Islam: Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992.
Mohammad Said, Hakim, Moralitas politik: Konsep mengenai Negara, dalam
A.E. Proyono (ed), Islam Pilihan Peradaban, Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1884.
Painikkar, Raimundo, Dialog Intra Religius, Yogyakarta: Kanisius, 1994. Pulungan, J. Suyuthi, Universalisme Islam, Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2002.
Putro, Suadi,Muhammad Arkoun Tentang Islam Modernitas, Jakarta : Paramadina,1998.
Soekanto, Soerjono, sosiologi: Suatu Pengantar, ed.33, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 8, Jakarta: Lentera Hati, 2005),Cet. Ke-4 Qutb, Sayyid, Fi Zhilalil Qur‟an, Juz III, Beirut: Dar al- Syuruq, 1992.
Watt, W. Montgomery, Islamic Political Thought, Edinburgh: Edinburgh University Press, 1968.