MENCIPTAKAN PRINSIP MORAL MENUJU MASYARAKAT MADANI

Authors

  • Arif Nuh Safri Politeknik Sawunggalih Aji Purwokerto

Keywords:

Rukun Islam, ritual, moral, masyarakat, civil society

Abstract

Setiap agama selalu identik dengan ritualnya masing-masing. Namun, secara keseluruhan ritual tersebut bertujuan untuk menghayati kehadiran Tuhan, serta menangani kehidupan sosial. Dalam Islam, semua jenis ritual yang dikenal sebagai lima rukun Islam, seperti dalam hadist dari nabi, mulai dari syahadat,  sholat, puasa, zakat dan Haji. Namun, rukun Islam hanya dimaksudkan sebagai media bagi terciptanya hubungan antara individu dengan Tuhan, sehingga keluar dari aspek sosial yang dikenal dengan perbuatan baik. Dengan kata lain, semua jenis ritual keagamaan menjadi masuk akal dan tidak nyata. Di dalam AlQur'an sendiri, iman kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk  ritual  yang bertalian langsung dengan aspek kesalehan sosial. Melalui artikel ini, penulis mencoba menjelaskan konsep ritual, dalam hal ini rukun Islam yang lebih sosial, sehingga dengan penghargaan terhadap semua ritual, mungkin membuat pribadi menjadi humanis, dan pada gilirannya pribadi humanis akan menciptakan masyarakat humanis.

Every religion is always identical to its respective rituals. But, the overall aim to live up to God's presence, as well as handle the social life. In Islam, all forms of ritual known as the five pillars of Islam, as in the hadith of the Prophet. Starting from the creed, pray, fasting, zakat and hajj. However, the pillars of Islam are only meant as the medium in individual relationships with God, so that escape from the social aspect known by the good deeds. In other words, all forms of religious ritual becomes absurd and unreal. In the Quran  itself,  faith  in  God  should  be  manifested  in  the  form  of  ritual  is  directly proportional to social righteousness or piety. Through this article, the author will try to explain the concept of ritual, in this case the pillars of Islam are more social, so with appreciation towards all rituals, it is possible create humanist personal, and the humanist personal createng humanist society towards civil society.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Al-Alûsî, Rûh al-Ma‟ânî fî Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm wa al-Sab‟i al-Mashânî. al- Maktabah al-Syâmilah. Ridwana Media.
Al-Ashfahânî. al-Râghib, Mu‟jam Mufradât Alfâzh al-Qur‟ân. Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah. 2004.
Al-Bukhârî, al-Maktabah al-Sya>milah. Ridwana Media.
al-Gazâlî, Muhammad, al-Tarîq min Hunâ . Kairo, Dâr al-Syurûq, tt.
Hâdzâ Dînunâ. Kairo: Dâr al-Syurûq, 2001.
Khuluq al-Muslim. Kairo: Dâr al-Riyân li al-Turâts, 1987.
Al-Maudûdî, Sayyid Abû al-„Alâ Towards Understanding Islam. Karachi: International Islamic Federation of Student Organization, 1996.
Al-Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Alquran, terj. Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Azra, Azyumardi, Islam Substantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih. Bandung: Mizan, 2000.
Hamka, Kedudukan Perempuan Dalam islam. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996. Ibn Manzhûr. Lisân al-„Arab. al-Maktabah al-Syâmilah. Ridwana Media.
Madjid, Nur Khalis, Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Kompas, 2001.
Mulia, Musdah, “Islam as a Tool for Women‟s Empowrment and Peace Building”.
Muslim, Imam, Shahîh al-Muslim. Al-Maktabah al-Syâmilah. Ridwana Media.
Muthohar, Ahmad Mifdlol, Keberkahan Dalam Berzakat. Jakarta: Mirbanda Publishing, 2011,
Rahman, Motiur, “Faith, Kufr and Human Right in Islam” dalam http://www.ijma.org.uk/features/faith,%20kufrand20human%20rights
%20Islam.html.
Raharjo, Dawam, Ensiklopedia al-Qur‟an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual: Refleksi-Sosial Seorang Cendekiawan Muslim. Bandung: Mizan, 1998.
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, al-Maktabah al-Syâmilah. Ridwana Media.

Downloads

Published

2012-05-20