NASIONALISME ‘JALAN TENGAH’: MENGURAI POTENSI BENTURAN IDEOLOGI NASIONALISME DAN SENTIMEN UMMAH DI ERA NATION STATE

Authors

  • Robitul Firdaus International Islamic Universiti Malaysia

DOI:

https://doi.org/10.32332/akademika.v23i2.1105

Keywords:

Nationalism, Ummah, Nation State

Abstract

Abstract

In the study of Islamic political thought, the relation between Islam and nationalism has been a relevant topic to be discussed. This is at least due to two factors. Firstly, there is a concept of ummah in Islam which is considered in contrary with the ideology of nationalism. While ummah is characterized with the solidarity in the name of faith, nationalism is of nationality and geographical borders. Secondly, nationalism and nation state have become a reality accepted by all modern states, including Muslim states. Accordingly, it is assumed that being a loyal Muslim and a good citizen at the same time is impossible. This article is aimed at offering an interface between nationalism and ummah by adopting the positive sides of both. To place nationalism and ummah in a binary opposition is not useful and against the reality. As a result, it is concluded that nationalism can be an asset to achieve the unity and cooperation, particularly in the struggle for independence. However, nationalism can also be a narrow ideology which leads to the negative fanaticism. In this context, the sentiment of ummah can be used as a religious guidance in minimazing and preventing the practice of narrow nationalism. The concept of ummah ensures that a religious bond should be respected besides the bond which is based on the territorial border. On the other hand, nationalism could prevent the sentiment of ummah from falling to religious extremism. Finally, the interface between nationalism and ummah may be applied differently among various Muslim countries.      

Keywords: Nationalism, Ummah, and Nation State.

 

Abstrak

Dalam studi pemikiran politik Islam, relasi antara Islam dan nasionalisme menjadi topik yang masih menarik untuk didiskusikan. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal: Pertama, terdapat konsep ummah dalam doktrin Islam yang diyakini berseberangan dengan ide nasionalisme. Ummah meniscayakan solidaritas atas dasar keimanan, sedang nasionalisme mendasarkan pada faktor kebangsaan dan batasan geografis. Kedua, nasionalisme dan negara bangsa merupakan realitas yang dipraktekkan di semua negara modern, termasuk negara-negara Muslim. Sehingga timbul anggapan bahwa tidak mungkin seorang Muslim yang baik dapat sekaligus menjadi warga negara yang baik. Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan titik temu antara konsep nasionalisme dan ummah dengan mengambil sisi positif dari keduanya. Meletakkan nasionalisme dan ummah dalam posisi yang bertentangan selain tidak produktif juga bertentangan dengan realitas yang ada. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa nasionalisme dapat menjadi modal dalam menuju persatuan dan kerja sama, terutama kaitannya dalam perjuangan kemerdekaan. Meskipun, nasionalisme di sisi lain juga dapat menjadi ideologi sempit yang mengarah pada fanatisme negatif. Di sinilah, sentimen ummah dapat digunakan untuk menjadi panduan agama dalam meminimalisasi dan mencegah praktek nasionalisme sempit. Konsep ummah memastikan bahwa terdapat ikatan keagamaan yang harus dihormati selain ikatan berdasar batasan teritorial. Di sisi lain, nasionalisme mencegah sentimen ummah untuk terjerumus ke dalam ektrimisme agama. Akhirnya, batasan kerjasama dan titik temu antara nasionalisme dan ummah mungkin diaplikasikan berbeda-beda antara satu negara Muslim dengan yang lain.

Kata Kunci: Nasionalisme, Ummah, dan Negara Bangsa.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adhyaksa Dault. Islam dan Nasionalisme: Reposisi Wacana Universal Dalam Konteks Nasional. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005.
Albert Hourani. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. Bandung: Mizan, 2004.
Ali Abdur Raziq. Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam, terj. Afif Mohammad. Diterjemahkan oleh Arif Mohammad. Bandung: PUSTAKA, 1985.
Asghar Ali Engineer. Devolusi Negara Islam, terj. Imam Mutaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Azyumardi Azra. Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.
Badri Yatim. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme. Bandung: Nuansa, 2001.
Benedict Anderson,. Imagined Community: Komunitas-Komunitas Terbayang,terj. Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
F Isjwara. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Universitas Padjajaran Press, 1999.
Fathurrahman Jamil. Mekanisme pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Negara” dalam Mawardi (ed), Islam Berbagai Perspektif.Yogyakarta: LPMI, 1995., n.d.
Hans Kohn. Nationalism: Its Meaning and History. New York: The Macmilla Company, 1965.
Ibnu Hajar al-‘Asqalany. Fathu al-Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, Juz III. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1397H.
James P Piscatori. Islam in a World of Nation State. New York: Cambridge, 1994.
Kenichi Ohmae. Hancurnya Negara Bangsa; Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Berbatas, terj. Ruslani. Yogyakarta: Qalam, 2002.
Lukman Ali dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
M. Quraish Shihab. Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996.
Masykuri Abdillah. Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utma, 2008.
Moh. Mahfud MD. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Jakarta: LP3ES, 2007.
Mubarak, Zulfi. “Fenomena Terorisme di Indonesia: Kajian Aspek Teologi, Ideologi dan Gerakan” 15 (2012): 15.
Muhammad ‘Abid al-Jabiri. al-Din wa al-Daulah wa al-Tatbiq al-Syariah. Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-‘Arabiyyah, 1996.
Muhammad Iqbal. Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta: Prenada Media, 2014.
———. Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta: PrenadamediA, 2014.
Muhammad Iqbal, dan Amin Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia, 2010.
Muhammad Subhan. “Pergeseran Orientasi Gerakan Terorisme Islam di Indonesia (Studi Terorisme Tahun 2000-2015).” Journal of International Relations 2, no. 4 (2016): 59–67.
Muhyar Fanani. Mempertimangkan Kembali Hubungan Islam dan Demokrasi dalam Islam dan Politik. Yogyakarta: LPPI UMY dan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, 2002.
Munawwir Syadzali. Islam and Govermental System; Teaching, History, and Reflections. Jakarta: INIS, 1991.
Nurcholish Madjid. Indonesia Kita. Jakarta: Paramadina, 2004.
QS. Al Hujurat (49): :, n.d.
QS. Al-Mujadalah (58):, n.d.
Saifuddin. “Konsepsi Khilafah (Studi Pemikiran Politik Hizbut Tahrir Indonesia).” Tesis, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.
Saiful Mujani. Muslim Demokrat; Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik Di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utma, 2007.
———. Muslim Demokrat; Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik Di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Sukarno. “Dibawah Bendera Revolusi (ttp: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1963), 7.,” n.d.
Susanto, Elik. “Kemenkumham Beberkan 5 Poin Alasan Pembubaran HTI.” Tempo, 19 Juli 2017. https://nasional.tempo.co/read/892605/kemenkumham-beberkan-5-poin-alasan-pembubaran-hti.
Susmihara. “Islam dan Nasionalisme di Indonesia” IV. no. 1 (2016): 50–61.
Yudian Wahyudi. Maqāşid Syarī’ah dalam Pergumulan Politik; Berfilsafat Hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga (, , 2007), 21. Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, n.d.
Yusdani. Fiqh Politik Muslim Progresif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015.
Yusuf Qardhawi. Fiqh Negara; Ijtihad Baru Seputar Sistem Demokrasi, Multipartai, Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan, Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler. Diterjemahkan oleh Syafril Halim. Jakarta: Robbani Press, 1997.
“Zaman - 2012 - Islam and Nationalism A Contemporary View.pdf,” n.d.

Published

2018-09-19