DINAMIKA HISAB RUKYAT DI INDONESIA

Authors

  • Ahmad Izzuddin UIN Walisongo Semarang

Keywords:

reckoning, rukyat, the problems, the beginning of the month, calendar hijriyah

Abstract

Rukyat reckoning in Indonesia synonymous with crucial endless conflict. Determination loaded with the beginning of the month of Ramadan phenomenon of determination dated 1 Shawwal and Dzulhijah. Determination early in the calendar hijriyah Typically, the difference was the case of the methods used. To determine 1 Ramadan could Rukyat and Hisab. Each one has a proposition. So if it is different, but there are strong arguments. Hilal debate current hot issue ahead of the fasting month and 1 Shawwal. Hilal is the earliest appearance in the visible faces of the earth after months of conjunctions / ijtimak. This initial month will appear on the western horizon (maghrib) at sunset. Ijtimak / conjunctions are events that occur when the angular distance (elongation) of an object with another object is equal to zero degrees. In the approach to astronomy, Conjunction is an event when the sun and moon are aligned in the same plane of the ecliptic. At a certain moment, these conjunctions can cause a solar eclipse. Hilal is the criteria for an initial month. As we know, in the Hijri calendar, a day starting from sunset local time, and the determination of the beginning of the month (calendar) depending on the sighting of the new moon / month. Therefore, the Islamic calendar month can be aged 29 days or 30 days. Rukyat visibility of the new moon is observed activity, namely sighting the crescent first appears after the ijtimak. Rukyat can be done with the naked eye, or with optical aids such as telescopes. Rukyat activity carried out on the eve of the first sunset after ijtimak (at this time, the position of the moon is on the western horizon, and the moon sets shortly after sunset). When the moon is visible, then in the evening local time has been entered date 1. In addition to the new moon and rukyat term reckoning still controversy. Hisab often used as an astronomical mathematical calculation method to estimate the position of the sun and moon to the earth. Determination of the position of the sun is important because Muslims to worship prayers using the sun's position as the benchmark prayers. While the determination of the position of the moon to know the moon to mark the entry of the new moon period in the Hijri calendar.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abu Husen Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, Kairo, t.th.
Ahmad Muhammad Syakir, Menentukan Hari Raya dan Awal Puasa, Surabaya: Pustaka Progressif, Cet. Ke 1, 1993.
Ahmad, KH. Noor, Nurul Anwar, Kudus, Madrasah Tasywiq at-Thulab Salafiah, t.th.
Al-Batawi, Muhammad Mansur, Sullam al-Nayyirain, Jakarta, t.th.
Al-Fatah, Wali, Khilafah Ala Minhajin Nubuwah , Jakarta : Al-Jama’ah, 1990.
Al-Haitami, Syihabuddin Ahmad bin Hajar, Tuhfah al-Muhtaj, jilid III, Kairo : Baerut, t.th
Al-Hayyan, Al-Bahr Al-Muhith, Kairo: Beirut, t.th.
Al-Jailani, Zubeir Umar, Khulashotul Wafiyyah,t.th.
Almanak Hisab rukyat, Kemenag, 2010.
Al-Syarwani, Abdul Hamid, Hasyiyah al-Syarwani, jilid III, Kairo : Beirut, t. th.,
Atmojoyo, S. Prawiro Bausastra Jawa – Indonesia, jilid II, Jakarta : Masagung, 1980
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Jogyakarta, Lazuardi, Cet. ke 1, 2001.
Azhari, Susiknan, Revitalisasi Studi Hisab Rukyah di Indonesia, dalam al-Jami’ah Pasca IAIN Yogyakarta, no. 65/VI/2000.
C. C. Berg, Penulisan Sejarah Jawa, Terj. S. Gunawan, Jakarta : Bratara Karya Aksara, 1985
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta : Pustaka Jaya, 1981.
Depag, Himpunan Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan Tanggal 1 Ramadan dan 1 Syawal tahun 1381 –1418 h / 1962-1997 M, t.th.
Diponingrat, K. Wardan, Hisab Hakiki, Jogyakarta: Toko Pandu, 1955.
Fatah, Rohadi Abdul, Almanak Hisab rukyat, Jakarta: Badan Hisab rukyat Depag RI, 2010.
Hamid, Abu Hamdan Abdul jalil bin Abdul, Fathu rauful manan, Kudus, Menara Kudus, t.th.
Hollander, H. G Den, Beknopt Leerboekje der Cosmografie, terj. I Made Sugita, Jakarta, J.B. Wolters Groningen, 1951.
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyah Praktis dan Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006
, Ilmu Falak, Jakarta: CV. Tarity Samudra Berlian, 2006.
, Fiqh Hisab Rukyah, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penetapan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007.
, Menentukan Arah Kiblat Praktis, Yogyakarta: Logung, 2010.
Kartono Kamajaya Partokusumo, Kebudayaan Jawa Perpaduannya dengan Islam, Yogyakarta : Aditya Media, 1995
L. Wardiwarsito, Kamus Jawa Kuno (Kawi) – Indonesia, Jakarta : Nusa Indah, 1978.
Ma’shum, Badiatul Mitsal, Jombang : t.th.
Manshur, KH Mas, Sullamun Nayyirain, Jakarta: Al-Manshuriyah, 1988.
Mark R.Woodward, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, terj. Ihsan Ali Fauzi, Bandung: Mizan, cet. Ke-1, 1998.
Marsito, Enciclopedia Britanicca, London, Chicago, 1768.
MUI Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalender Islam Sultan Agung adalah Kalender Nasional, Yogyakarta : Offset, 1987
Nur, Muhammad, Pedoman Perhitungan awal Bulan Kamariyah, Jakarta : depag RI, 1983.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhamadiyyah, cet. III, t.th.
Shidiqi, Naurrozaman, Fiqh Indonesia, Penggagas, dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 1978
Sudharta, Tjokorda rai, I Gusti Oka Hermawan, W. Winda Winaban, Kalender 301 Tahun, Jakarta : Balai Pustaka, 1984
Depag, Hasil musyawarah ulama, ahli hisab dan Rukyat dan ormas Islam tentang kriteria imkanurrukyat, pada tanggal 24-26 Maret 1998 / 25-27 Dulqa’dah 1418 di hotel USSU, Cisarua Bogor.
Masyhuri, Abdul Aziz, Masalah Keagamaan Nahdlatul ulama (Hasil Muktamar Dan Munas Ulama ke- 1 th 1926 sampai dengan ke- 29 tahun 1994), Surabaya : PP RMI bekerja sama dengan Dinamika Pres, 1997.
Oman Fathurrahman, Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1418/1998 yang disampaikan dalam acara lokakarya imsakiyyah PPM IAIN Walisongo Semarang, 20 November 1997.
Majelis Tarjiih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Merajut Ukhuwah di Tengah Perbedaan, Seminar Nasional Penentuan Awal Bulan Kamariyah pada tanggal 27-30 November 2008 di Yogyakarta.
Departemen Agama, Seminar Sehari Hisab rukyat tgl 27 April 1992 di Tugu Bogor.
Taufik, Mengkaji Ulang Metode Hisab rukyat Sullam al-Nayyiraini, makalah disampaikan pada pertemuan tokoh Agama Islam / Orientasi Peningkatan Pelaksanaan Kegiatan Hisab rukyat PTA Jawa Timur pada tanggal 9-10 Agustus 1997 di hotel Utami Surabaya.
Slamet Hambali, Penentuan 1 Syawal 1414 H/1994, Al-Ahkam, no.10, Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 1993.
Zaelany, Andy Ahmad, Menentukan Hari Lebaran Ala Islam Jawa Kasus Dusun Golak, Ambahrawa, pada Journal Ulumul Qur’an, 1996.
Ahmad Izzuddin, Awal Akhir Ramadhan yang Kompromistis, Suara Merdeka
Ahmad Izzuddin, Perlu Meluruskan Kiblat Masjid, Suara Merdeka, 2003
Ahmad Izzuddin, Antara Hisab dan Rukyah, Kompas, 2005
Ahmad Izzuddin, Idul Fitri Berkeshalehan Sosial, Wawasan, 2005
Ahmad Izzuddin, Menikmati Indahnya Gerhana, Wawasan, 2009
Ahmad Izzuddin, Fatwa MUI vs Arah Kiblat, Suara Merdeka, 2010
Ahmad Izzuddin, Fatwa MUI tentang Arah Kiblat, Republika, 2010
Ahmad Izzuddin, Revisi Fatwa MUI, Bukan Revisi Arah Kiblat, Pikiran Rakyat, 2010
http://www.scribd.com/doc/12910954/Rukyatulhilal-Bw

Downloads

Published

2015-10-30

How to Cite