Cyberfeminism dan Isu Gender dalam Arus Teknopolitik Modern
DOI:
https://doi.org/10.32332/jsga.v4i01.4523Keywords:
Cyberfeminism, Feminism, New Media, Cyberspace, GenderAbstract
Abstrak
Era new media yang membaawa dunia baru yang disebut dengan dunia virtual. Pada dunia virtual baru yang dibawanya, mengharuskan manusia setiap orang untuk meniscayakan dirinya mampu berinteraksi dengan berbagai media baru secara aktif. Hal ini bukan semata dilakukan sebagai penyaluran ekspresi identitas individu atau kelompok, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana setiap individu atau kelompok memanfaatkan media baru sebagai tempat untuk melakukan bermacam gerakan dan pembebasan atas dirinya. Fenomena media baru tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa membawa masalah gender di dalamnya. Kebebasan yang ditawarkan media baru di tengah struktur sosial masyarakat memberikan pengaruh kepada produktifitas ruang dan gender. Feminisme telah menemukan peluang dalam media baru sebagai jalan perjuangan mereka menembus patriarkhi dan dominasi maskulinitas dengan merealisasikannya sebagai cyberfeminism. Cyberfeminism berupaya memberi gambaran yang jelas mengenai relasi antara teknologi dengan peran perempuan di dalamnya. Media baru telah memberikan ruangan besar dan luas bagi cyberfeminism dengan arenanya cyberspace. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptis, dengan menjadikan sumber-sumber kepustakaan (library research) sebagai sumber data primer dan sekundernya, maka tulisan ini bertujuan hendak memberikan gambaran mengenai konsep cyberfeminism baik di dunia maupun cyberfeminism di Indonesia khususnya berikut dengan isu, tantangan dan peluang yang dapat diambil perempuan dalam memainkan perannya di tengah iklim teknopolitik modern.
Kata Kunci: Cyberfeminism, Feminism, New Media, Cyberspace, Gender
Abstract
The new media era brought a new world called the virtual world. In the new virtual world that it brings, it requires everyone to be able to interact with various new media actively. This is not only done as an expression of individual or group identity, but what is more important is how each individual or group uses new media as a place to carry out various movements and liberate themselves. The phenomenon of new media cannot be fully understood without bringing gender issues into it. The freedom that new media offers in the midst of the social structure of society has an influence on the productivity of space and gender. Feminism has found opportunities in new media as a way of their struggle to penetrate patriarchy and masculinity domination by realizing it as cyberfeminism. Cyberfeminism seeks to provide a clear picture of the relationship between technology and the role of women in it. New media has provided a large and wide room for cyberfeminism with the arena of cyberspace. Using a descriptive qualitative approach, using library research sources as the primary and secondary data sources, this paper aims to provide an overview of the concept of cyberfeminism both in the world and cyberfeminism in Indonesia in particular along with issues, challenges and opportunities that can be taken. women in playing their role in the midst of the modern technopolitical climate.
Keywords: Cyberfeminism, Feminism, New Media, Cyberspace, Gender
References
Benedicta, Gabriella Devi. “Dinamika Otonomi Tubuh Perempuan: Antara Kuasa Dan Negosiasi Atas Tubuh.” Masyarakat, Jurnal Sosiologi XVI, no. 2 (2011).
Berger, Peter. L., and Thomas Luckman. Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES, 1990.
C. Carstensen. “Gender Trouble In Web 2.0: Gender Relations In Social Network Sites, Wikis And Weblogs.” international Journal of Gender, Science and Technology 1, no. 1 (2009).
C. Rezeanu. “The Relationship Between Domestic Space And Gender Identity: Some Signs Of Emergence Of Alternative Domestic Feminity And Masculinity.” journal of Comparative Research in Anthropology and Sociology 6, no. 2 (2015).
Gamble, Sarah. Pengantar Memahami Feminisme Dan Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Karimi, S. “Iranian Women’s Identity And Cyberspace : Case Study Of Stealthy Freedom.” Journal of Social Science Studies 2, no. 1 (2015).
Kusuma, Rina, and Yuan Vitasari. “Gendering the Internet: Perempuan Pada Ruang Gender Yang Berbeda.” Jurnal ILMU KOMUNIKASI 14 (June 1, 2017): 125.
Lipscombe, Joan. Are Science and Technology Neutral ? London: Butterworth, 1979.
Mulyaningrum, Dr. “Cyberfeminisme; Mengubah Ketidaksetaraan Gender Melalui Teknologi Informasi Dan Komunikasi,” 2015.
Naisbt, John and et. al. High-Tech High-Touch: Technology and Our Search for Meaning. New York: Broadway Book, 1999.
Postman, Neil. Technopoly: The Surrender of Culture to Technology. London: Vintage Books, 1993.
Royal, C. “Framing the Internet: A Comparison of Gendered Spaces.” Social Science Computer Review 26, no. 2 (2008).
Sadari, Sadari. “Post-Feminitas: Teknologi Sebagai Basis Keadilan Gender (Teknopolitik Dan Masa Depan Relasi Gender).” Intizar 22, no. 1 (July 14, 2016): 135–154.
Stevenson, Nick. Understanding Media Culture. London: Sage Publication, 2002.
Syahputra, Iswandi. “Membebaskan Tubuh Perempuan Dari Penjara Media.” Musawa XV, no. 2 (2016).
Umami, metatags Riska Hidayatul. “Cyberfeminisme: Counter Atas Komodifikasi Tubuh Perempuan Di Media Baru.” Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak 4, no. 1 (2020). Accessed January 25, 2022. http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/martabat/article/view/2626.
Wajcman, Judy. “The Gender Politics of Technology.” In The Oxford Handbook of Contextual Political Analysis. New York: Oxford University Press, 2006.
Wheatly, Margaret. The Fabric of the Future: Women Visionaries Illuminate the Path to Tomorrow. Edited by M.J. Ryan. Berkeley: Conary Press, 1998.
Yasraf Amir Piliang. Post-Realitas Kebudayaan Dalam Era Post-Metafisika. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.