Permintaan Mahar Perkawinan Dan Stigmatisasi Negatif Terhadap Perempuan

Authors

  • Siti Zulaikha Institut Agama Islam Negeri Metro

DOI:

https://doi.org/10.32332/istinbath.v17i1.4081

Keywords:

Dowry, Stigmatization of Women, Marriage

Abstract

A dowry in marriage is something that is given at the request of the woman, although bargaining about the amount is common and common, until an agreement is reached between the two prospective brides. Although statistically 'there is no provision regarding the amount of dowry, there is also no limit to the smallest size of the dowry. This becomes interesting when the size of the dowry is then questioned. The fact in society is that for women who determine a dowry not in a large amount, then the woman will be considered good, on the other hand women will be underestimated if they are judged to determine their dowry in a large amount. What should be seen is the substance of the dowry, apart from being a form of respect and exaltation, the dowry must begin to be seen as a long-term investment, meaning that if it is needed later, with the wife's permission, the dowry can be used together in accordance with the provisions of syara'.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alfida, Rida, Saiful Usman, dan Ruslan. “Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut Hukum Islam.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah 1, no. 1 (Agustus 2016): 89–96.
Al-Hatimy, Said Abdullah Seib. Cintra Sebuah Identitas Wanita Dalam Perjalanan Sejarah). Surabaya: Risalah Gusti, 1994.
Apriyanti. “Historiografi Mahar dalam Pernikahan.” An Nisa’a: Jurnal Kajian Gender dan Anak 12, no. 02 (Desember 2017).
Athar, Abd. Nashir taufiq Al. Khithbat An-Nisa Fi Asy-Syaria’ah Al Islamiyah (Saat Anda Meminang). Diterjemahkan oleh Abu Musyrifah dan Ummu Afifah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2001.
Badruzaman, Abad. “Protret Kaum Perempuan Pra-Islam Dalam Al-Qur’an.” QOF 3, no. 2 (Juli 2019): 89–110.
Djamarah, Imarah Muhammad. Ketika Wanita Lebih Utama dari Pria. Jakarta: Pustaka Maghfirah, 2005.
Fadhullah, Sayid Muhammad Husain. Dunia Wanita Dalam Islam. Jakarta: Lentera, 2000.
Gani, Burhanuddin A., dan Ainun Hayati. “Pembatasan Jumlah Mahar Melalui Keputusan Musyawarah Adat Kluet Timur.” Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam 1, no. 1 (Juni 2017): 174–204.
Ghazali, Abd. Rahman. Fiqh Munakahat. Bogor: Kencana, 2003.
Halomoan, Putra. “Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut Hukum Islam.” JURIS 14, no. 2 (Desember 2015).
Kepala Kantor Urusan Agama Metro Barat. Penentuan Kadar Mahar. Suara dan Teks, 2020.
Lutfiyah. “Relasi Budaya Dan Agama Dalam Pernikahan.” Jurnal Hukum Islam (JHI) 12, no. 1 (Juni 2014): 1–8.
Magdalena, R. “Kedudukan Perempuan Dalam Perjalanan Sejarah (Studi Tentang Kedudukan Perempuan Dalam Masyarakat Islam).” Harkat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak II, no. 1 (2017).
“Mahar dalam Akad Nikah,” t.t. pustakapemikir.blogspot.com.
Munfarida, Elya. “Perkawinan Menurut Masyarakat Arab Pra Islam.” YIN YANG 10, no. 2 (Desember 2015).
Murdan, Murdan. “Hukum Islam Dalam Kerangka Sistem Hukum Masyarakat Modern.” Petita: Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Syariah 1, no. 1 (2017): 15–31.
Rahman, Yuyanti, Sahmin Noholo, dan Ivan Rahmat Santoso. “Konsep Akuntansi Syariah Pada Budaya Mahar.” Jurnal Akuntansi Multiparadigma (JAMAL) 10, no. 1 (April 2019): 82–101. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.04.10005.
Tobibatussaadah. Tafsir Ayat Hukum Keluarga 1. Yogyakarta: Idea Press, 2013.
Tokoh Masyarakat. Penentuan Kadar Mahar. Suara dan Teks, 2020.
Yunus, Mahmud. Hukum Perkawinan dalam Islam. Surabaya: Siraja Prenada Media Group, 2008.

Published

2021-12-08

How to Cite

Permintaan Mahar Perkawinan Dan Stigmatisasi Negatif Terhadap Perempuan. (2021). Istinbath : Jurnal Hukum, 17(1), 116-132. https://doi.org/10.32332/istinbath.v17i1.4081